Surabaya, SeputarMalang.Com – Ketua Dekranasda Provinsi Jatim Dra Hj Nina Soekarwo. MSi yang lebih populer disapa Bude Karwo didampingi Ketua Dharma Wanita Provinsi Jatim Hj Chairani Yuliati Akhmad Sukardi, S.Sos membatik bersama 500 orang Ibu peserta membatik.
Kegiatan membatik bareng tersebut diselenggarakan oleh Asosiasi Perajin Batik Jatim (APBJ) dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, yang bertema “Jawa Timur Membatik”, di Gedung Balai Pemuda Surabaya, Minggu (2/10/2016).
Para peserta yang semuanya mengenakan kain, terdiri dari anggota Persit Chandra Kirana, Yala Senastri, Himpunan Ratna Busana, Komunitas Cinta Berkain (KCB) Surabaya, Semen Gresik, Rotary Club, Asosiasi Makanan dan Minuman, Asosiasi Handicraft, mahasiswa Univ Negeri Malang. Bahkan ada beberapa pelajar dari mancanegara yang ikut membatik. salah satunya adalah Carolin dari perancis, yang sangat tertarik untuk belajar membatik.
Dalam kesempatan itu Bude Karwo memberikan apresiasi yang luar biasa kepada 500 orang Ibu peserta membatik bareng. “Kegiatan ini bagian dari upaya untuk memelihara dan melestarikan budaya membatik. Sekaligus mensinergikan dimensi ekonomi dan budaya. Karena kontribusi UMKM terhadap PDRB Jatim teringgi mencapai 54,98 persen, termasuk didalamnya para pengrajin batik,” ujar istri Gubernur Jatim ini.
Unesco sudah menetapkan 2 Oktober 2009 bahwa Batik adalah warisan budaya non bendawi dari Indonesia. Maka, kegiatan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan masyarakat Jatim untuk memasyarakatkan, sekaligus mengenalkan bagaimana cara membatik.
Kategori batik dari Unesco kain yang betul-betul batik. Kalau printing tidak termasuk batik, tapi hanya tekstil yang bermotif batik. Sedangkan kalau cap masih masuk kategori batik. Sebab proses membatik dengan printing jauh berbeda.
Nilai filosofi dari selembar kain batik luar biasa. Batik yang berupa seni dan hand made mempunyai filosofi sendiri, dan dalam pengerjaan selembar kain batik ada nilai dan filosofi kegotongroyongan. Karena tidak mungkin dilakukan oleh satu orang. Ada tugasnya masing-masing, mulai menggambar, membatik, mencelup, dan seterusnya.
Batik sebagai warisan adhi luhung bangsa Indonesia mempunyai nilai yang sangat tinggi. Sudah sewajarnya keberadaan batik sebagai produk karya seni yang dibuat para pengrajin harus dipertahankan dipelihara dan dilestarikan guna menghindari kepunahan. Sehingga Pemerintah menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional, dan setiap warga Indonesia diminta untuk ikut memakai batik pada tanggal tersebut.
Terkadang masih ada anggapan Batik identik dengan pakaian orang tua, padahal batik bisa digunakan secara casual, bisa dikombinasikan dengan celana jeans atau celana bahan kain. “Ini bagian dari upaya kita untuk melestarikan dan menjaga warisan non bendawi,” ujar Bude Karwo.
Hj. Putu Sulistiani Prabowo Ketua Asosiasi Perajin Batik Jatim (APBJ) menjelaskan bahwa Jatim mempunyai potensi wisata batik yang luar biasa, baik dari sisi keragamannya, coraknya, warna yang berani.
Pada momentum Hari Batik Nasional ini, dimaksudkan untuk mengenalkan proses membatik, sehingga masyarakat semakin mencintai batik, terutama generasi muda. Selain itu, menggelar pameran untuk memfasilitasi para pengarajin batik mempromosikan batik Jatim. Sekaligus menggugah masyarakat Jatim untuk ikut melestarikan batik sebagai warisan budaya. Semakin hari semakin meningkat, indikatornya setiap ada pameran peminatnya semakin banyak, dan para kolektor batik selalu memburu batik Jatim. “Diharapkan menciptakan wirausaha baru UKM batik, selalu ada pengrajin batik baru,” harap Putu.
Dalam rangkaian acara yang dihadiri beberapa kepala SKPD Provinsi Jatim beserta isteri, digelar peragaan busana batik karya beberapa designer, pameran batik dari 38 kabupaten/ kota se-Jatim.