Sumenep, SeputarMalang.Com – Pembukaan Hari Perdamaian Internasional 2017 dengan tema “Perempuan Berdaya Komunitas Damai” bertempat di Pondok Pesantren An-nuqayah KabupatenSumenep dihadiri Ir. H. Joko Widodo Presiden Republik Indonesia, turut mendampingi Dr. H. Soekarwo Gubernur JawaTimur dan Drs. H. Saifullah Yusuf Wagub Jatim, Minggu (8/10/2017).
Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo mengingatkan pentingnya menjaga perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pasalnya, Indonesia adalah negara yang sangat besar dan majemuk, dimana terdapat 34 provinsi, 516 kabupaten/ kota, 714 suku, 1.100 lebih bahasa daerah dan lokal, serta terdiri dari bermacam-macam agama dan budaya.
Presiden melanjutkan, kemajemukan itu harus dijaga agar tidak terjadi perpecahan. Salah satu contoh negara yang tidak berhasil menjaga perdamaian adalah Afganisthan. Fakta itu diketahuinya saat menerima kunjungan kerja Presiden Afganisthan, Mohammad Ashraf Ghani di Istana Merdeka, Jakarta, April lalu. “Ashraf Ghani bercerita, di negaranya hanya ada tujuh suku, namun sudah lebih dari 25 tahun bertikai dan tiada henti berperang” ungkap Jokowi, sapaan akrab Presiden Indonesia ke-7 ini .
Peperangan tersebut dipicu sengketa antara dua suku, namun masing-masing suku itu membawa sekutu dari negara lain, sehingga sengketa meluas hingga lima suku lainnya terlibat, akhirnya pecahlah perang. Peperangan itu mengakibatkan negara Afganisthan kini telah terpecah jadi 40 kelompok. Bahkan saking lamanya perang, Presiden Afganisthan sudah 23 tahun lebih terpaksa berada di pengasingan luar negeri. Kondisi Afganisthan itu menjadi contoh betapa beratnya kehidupan di negeri yang tidak damai. “Afganisthan hanya ada 7 suku, tapi bisa perang dan susah sekali didamaikan” lanjut Jokowi.
Guna mencegah hal serupa terjadi di negara kita, Jokowi berpesan agar seluruh rakyat Indonesia untuk menjaga perdamaian dan segera menyelesaikan konflik, sekecil apapun konfliknya. Pasalnya, terdapat 714 suku di negeri ini. Jika konflik tak segera diselesaikan, konflik itu akan meluas. “Mari jaga bersama rasa persaudaraan kita, perdamaian, ukhuwah islamiyah, dan ukhuwah wathaniyah kita mulai skala kecil sampai besar” pesan Jokowi.
Ditambahkan, perdamaiantidakdapatdipaksakan, tapi harus ditumbuhkan. Caranya dengan menumbuhkembangkan karakter yang cinta damai, tenteram, dan penuh toleransi. Karakter tersebut ditumbuhkan mulai dari lingkungan terdekat hingga yang lebih luas, yakni keluarga, tetangga, hingga berbangsa dan bernegara.
Dalam kegiatan ini, Jokowi juga menyatakan dukungannya kepada Gerakan Perempuan untuk Perdamaian yang diprakarsai Wahid Foundation bekerjasama dengan United Nation (UN) Women, sebuah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang peningkatan harkat martabat wanita. Dukungan diberikan karena kaum perempuan adalah kunci perdamaian. Sejak dini, ibu menjadi sosok pertama yang bisa mengajarkan dan menanamkan karakter cinta damai. “Mari kita tanamkan, tumbuhkan, dan sebarkan nilai-nilai perdamaian mulai dari keluarga, tetangga, kabupaten, provinsi negara, hingga dunia” katanya.
Sementaraitu, Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid menyatakankekagumannyakepadaperempuan Madura.Menurutnya, perempuan Madura memilikikarakter yang ulet, pekerjakeras, religius, sertasenangbergotong-royong.Bahkan, banyakperempuan Madura yang bisasuksesmeskiharusmerantau di tanah orang.
Karena itu, ketika UN women menghubungi Wahid Foundation untuk membuat kegiatan Perayaan Hari perdamaian dunia yang melibatkan kelompok perempuan di masyarakat, Yenny dengan yakin dan secara langsung memutuskan tempat yang paling tepat adalah di Pulau Madura.
Putri KH.Abdurrahman Wahid Presiden keempat RI, ini melanjutkan, tujuan acara ini agar para perempuan di Madura dapat memiliki program penguatan ekonomi keluarga. Melalui Wahid Foundation, Yenny akan membantu perempuan di Madura untuk meningkatkan kemampuan dalam mencari tambahan nafkah.
“Mereka bisa tetap tinggal di rumah untuk mengasuh anaknya, tetapi juga bisa membuat usaha kecil membantu pendapatan keluarganya,” lanjut Yenny.
Di sisilain, para perempuan juga diperolehkemampuanuntukmenerapkannilai-nilai perdamaian di lingkungannya masing-masing sehingga tidak mudah terpancing oleh provokasi orang-orang yang ingin menciptakan konflik di tengah-tengah masyarakat.
“Kami juga melibatkan para kiai dan para gus untuk membantu membangun pemahaman kaum perempuan terutama mengenai nilai-nilai Pancasila, karena merekalah orang yang paling tepat untuk bicara pancasila,” pungkas Yenny.
Usai pembukaan Hari Perdamaian Internasional di PondokPesantren An-nuqayah, Pakde Karwo bersama Jokowi melanjutkan kunjungannya ke Ponpes Al-Amien, Prenduan Sumenep guna menghadiri halaqah kebangsaan bersama ulama, pengasuh, dan santri berprestasi se-Madura, setelahitu, rombonganbertolakke SMKN 1 Sumenep guna menghadiri acara pembagian Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Hadir dalam kegiatan ini, Khofifah Indarparawansa MenteriSosial RI, Pratikno MenteriSekretaris Negara, Bupati Sumenep, Wakil Bupati Sumenep, Pangdam V/Brawijaya, KapoldaJatim, Ketua Regional UN Women Asia Pasifik, Miwa Kato, para kiai dan ulama se-Madura, serta delapan ribu santri.