Kota Malang, SeputarMalang.Com – Kemajemukan dan kebhinekaan yang dimiliki Bangsa Indonesia merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan dijaga. Saat ini, tugas Bangsa Indonesia bukan lagi memperjuangkan kebhinekaan tetapi merawatnya.
“Kebutuhan merawat kebhinekaan menjadi sangat penting, karena tantangan dan dinamika saat ini semakin kuat ke depannya,” kata Drs. H. Saifullah Yusuf Wakil Gubernur Jatim, saat menjadi narasumber di acara Seminar Nasional Merajut Kebhinekaan, Meneguhkan Karakter Ke-Indonesiaan di Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang, Kamis (5/10/2017).
Tantangan dan dinamika yang dihadapi Bangsa Indonesia ini tidak main-main. Ada tiga dinamika yang dinilainya sangat menantang. Pertama, pilihan sejarah untuk menjalani demokrasi menghasilkan dinamika kebangsaan yang unik. Dengan berdemokrasi, maka kebebasan, partisipasi dan kompetisi berkembang. Konsekuensinya, perjalanan kebangsaan selalu ditandai dengan “kegaduhan”. “Kegaduhan itu bukan penyakit tapi harus dikelola,” terang Gus Ipul, sapaan lekat Wagub Jatim.
Yang kedua, adanya penegasan identitas kelompok. Dalam demokrasi, semua pihak punya peluang untuk mengartikulasikan diri secara leluasa. Demokrasi membuat hubungan antar golongan atau antar kelompok menjadi lebih dinamis sekaligus mengundang potensi ketegangan dan konflik. Untuk itu, potensi konflik ini harus dijadikan energi positif untuk saling bersatu. “Dinamika ini bisa menimbulkan sikap saling bermusuhan dan intoleran, ujungnya bisa menimbulkan perpecahan,” kata Gus Ipul.
Sementara ketiga, dalam setiap bangsa yang berdemokrasi akan selalu ada kompetisi, dimana ada yang menang dan kalah. Hal ini punya konsekuensi serius jika tidak terkelola dengan baik. Dalam demokrasi, selalu ada potensi pemenang mengabaikan bahkan menyingkirkan yang kalah. Sebaliknya, yang kalah tak mau berbesar hati menerima kemenangan pihak lain sehingga terus-menerus mengganggu kelangsungan harmoni.
Ketiga dinamika kebangsaan itu, lanjut Gus Ipul, sangat terasa hari-hari ini. Bila hal ini dibiarkan, Indonesia dalam ancaman bahaya yang tidak main-main. Untuk itu menjadi kewajiban bersama tanpa kecuali untuk membuat Indonesia menang menghadapi ancaman bahaya itu. “Kita harus menangkan demokrasi sekaligus memenangkan Indonesia,” tegas Gus Ipul.
Dalam kesempatan yang sama, Gus Ipul mengatakan bahwa saat ini banyak orang yang pesimis terhadap masa depan Indonesia. Bahkan, berpikiran dan berpendapat bahwa Indonesia akan tercerai berai dan terpecah belah. Gus Ipul mengibaratkan Indonesia seperti sebuah kapal besar, dimana masyarakat menjadi penumpang bukan lagi penonton. Untuk itu, ia mengajak seluruh komponen bangsa untuk selalu optimis terhadap kemajuan dan perubahan Indonesia untuk menjadi lebih baik. “Hanya optimisme yang boleh ada dalam kamus kita,” tegas Gus Ipul.
Diakhir sambutannya, Gus Ipul juga mengajak masyarakat Indonesia untuk tidak mudah putus asa. Sebagai bangsa yang bhinneka, kita tak boleh kehilangan harapan terutama dalam menghadapi dinamika kebangsaan yang menantang. Sebab, dengan terus memiliki harapan maka kita akan selalu berikhtiar. “Kita boleh saja kehilangan apapun tapi tidak boleh kehilangan harapan,” pesan Gus Ipul.
Sementara itu, narasumber lainnya yakni Prof. Mahfud MD mengatakan, Bangsa Indonesia tidak boleh kehilangan motivasi untuk menjadi lebih baik. Bangsa Indonesia harus membangun harapan-harapan. Selain itu, harus dipikirkan pula bagaimana membangun bangsa Indonesia yang lebih berkarakter dan solid.
Menurutnya, ada beberapa perspektif seperti restorative justice dimana hukum lebih berfungsi untuk menyelesaikan konflik. Selain itu, Indonesia punya karakter kuat yakni karakter maritim, yakni budaya egaliter. Hal ini bertentangan dengan karakter kontinental yang lebih menguasai dan imperalistik. “Untuk itu kita harus kembali ke jati diri kita ke budaya maritim,” pungkas Mahfud.