Malang, SeputarMalang.Com – Ditengah transisi Malang Raya menuju “New Normal” HMI Cabang Malang Bidang Kewirausahaan dan Ekonomi Kreatif menggelar diskusi online bertemakan “Penerapan New Normal dari Perspektif Industri dan Ekonomi Kreatif”. Diskusi ini dilaksanakan secara online melalui aplikasi Zoom, Minggu (31/05/20).
Diskusi yang dimoderatori oleh Fahmi Aziz tersebut, menghadirkan dua narasumber, adalah Fahmi Fauzan (Kepala bidang Industri Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan Kota Malang) dan Priyo Sudibyo (Ketua Kadin Kab. Malang dan Ketua Dewan Pembina HIPMI).
Dalam diskusi tersebut Sudibyo menyampaikan bahwa seluruh sektor kehidupan hari ini terdampak pandemi COVID-19, terutama disektor ekonomi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Dampak pandemi ini menjadikan daya beli masyarakat menurun, Hal ini dikarenakan masyarakat hanya membeli kebutuhan primer saja.
“Mereka lebih memilih untuk membeli kebutuhan pokok daripada kebutuhan lainnya,” terang pria yang juga ketua pemuda Pancasila kabupaten Malang ini.
Lebih lanjut, Sudibyo menjelaskan bahwa dirinya melalui Kadin Kabupaten Malang tetap melakukan ikhtiar untuk bisa membantu UMKM keluar dari situasi sulit ditengah pandemi ini.
Karena memang Bantuan dari pemerintah juga tidak terlalu berpengaruh. Ketika para pelaku UMKM memiliki tanggungan tidak hutang yang hanya ditunda maka dibelakang mereka juga akan bendol mas, pemerintah harusnya memberikan dispensasi berupa pengurangan jumlah cicilan,” Tutur Sudibyo.
Sementara itu kepala bidang Industri, Fahmi Fauzan dari Dinas Koperasi, Industri dan perdagangan Kota Malang, menyatakan, pemerintah mengakui bahwa seluruh sektor kehidupan kita terdampak COVID -19, termasuk sektor ekonomi. Dalam hal ini pemerintah juga berada dalam situasi yang dilema, pemerintah juga menginginkan dibukanya kembali kran-kran ekonomi tapi disisi lain penyebaran COVID-19 harus dikendalikan.
Masih menurut Fahmi, Pemerintah hanya bisa melakukan pendampingan-pendampingan kepada pelaku UMKM, dan itupun hanya diberikan ke usaha yang ditengah COVID -19 ini memang menjadi kebutuhan, seperti pembuatan masker dan beberapa usaha sembako lainnya.
“Dalam pembuatan masker, kami memberikan modal bahan baku yang kemudian didistribusikan kepada konveksi, atau penjahit. Kurang lebih dengan 3-4 pekerja. Mereka bisa mendapatkan 1,5 sampai 2,5 juta dan itu cukup untuk menggerakkan mereka. Mungkin untuk pendapatan itu sedikit, tapi untuk motivasi itu besar,” Tandas Fahmi.
“Seperti bantuan social yang sempat kita tangani. Paket sembako isinya ada beras. Beras ini menggunakan dari petani Tasik Madu, gula dan minyak dari pabrik. Mi kering hasil produksi dari Bandulan. Dan juga kering tempe yang menggerakkan industri tempe di Sanan,” ujar Fahmi.
Fahmi juga menjawab terkait bagaimana para pelaku UMKM menghadapi “New Normal”. Pada intinya adalah bagaimana cara berdampingan, hidup bersama dengan bencana (COVID -19). Pada sektor industri harus menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat.
Masing-masing pelaku industri harus menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat. Ada 3 hal yang bisa dilakukan pelaku industri. Terkait proses produksi yang bersih dan standar produksi yang tinggi. Kedua, mengenai distribusi barang, dan bahan baku. Yang terakhir pelayanan konsumen yang baik. Sehingga konsumen yakin telah mengonsumsi barang yang baik,” lanjutnya.
Selain itu Fahmi mengutarakan ide industri yang bisa bertahan dimasa Covid-19. Industri yang paling bisa bertahan adalah industri yang bisa beradaptasi. Para pelaku industri atau UMKM diharapkan bisa memproduksi atau terinspirasi dari COVID -19.
Fahmi Aziz, Pengurus HMI Cabang Malang yang juga mahasiswa Unira Malang sekalu moderator menambahkan bahwa terbangunnya optimisme sebagai bagian dari psychological capital pada publik adalah sesuatu yang urgen agar turunan-turunan dari dampak dari COVID-19 dapat dimitigasi secara kolektif.(*)