Malang, SeputarMalang.Com – Bertempat di mimbar kehormatan pesantren tematik Camp Centongan Desa Ngenep Karangploso, Jamaah Ratibul Haddad bekerja sama dengan Anshor, IPNU, Unipra, jelajahpesantren.com dan Seputar malang.com menggelar dzikir awal bulan dan jagongan ngopi bareng dengan tema “Islam Nusantara: Islam ramah, Bukan Marah dalam Merajut kebhinekaan dan NKRI”, Jumat (6/10/2017).
Acara yang dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat setempat itu diawali dengan pembacaan Ratibul Haddad Sanggar Telaga pimpinan Pak Siswanto merangkap sebagai ketua RT setempat itu juga disambung dengan diskusi Islam Nusantara yang disampaikan oleh Zainuddin, M.Pd.I, dosen STIS Miftahul Ulum Lumajang sekaligus kandidat doktor Islam Multikultural UNISMA.
Moh. Ridlon kordinator acara yang sekaligus wakil Unipra mengemukakan bahwa tema Islam ramah perlu didengungkan bahkan digalakkan di mindset masyarakat akar rumput terutama yang belum paham bahwa Islam itu adalah ajaran penuh kasih sayang. Hal ini -lanjutnya- sangat perlu diperjuangkan, melihat mulai menjamurnya gerakan Islam yang tidak ramah dan berwajah marah di tengah-tengah masyarakat.
“Tidak ramah pada budaya lokal, tidak ramah pada perbedaan, marah pada yang tidak sepaham, bahkan marah hanya sebab beda pilihan berpolitik,” tutur Ridlon.
Masih menurut Ridlo, Jamaah Ratib, Ansor dan Elemen-elemen masyarakat sengaja mengadakan acara ini adalah bagian untuk kampanyekan Islam Ramah.
Sedangkan menurut Zainuddin, M.Pd.I selaku pemateri utama dalam diskusi tersebut, “dakwah Islam Nusantara itu seperti dakwah Sunan Kalijaga. Dakwah yang menghargai budaya lokal dan menghormati perbedaan”.
“Agama berbalut budaya dan budaya bersendi agama,” begitulah dakwah di masyarakat akar rumput yang harus kita kembangkan, ujar Zainuddin.
Acara yang dimulai dengan pembacaan sholat sunnah tobat, birrul walidain, munajat jibril, dan hajat serta pembacaan Ratibul Haddad tersebut akhirnya ditutup dengan doa dan penyerahaan cinderamata berupa dua buku bertemakan anti kekerasan dan teror itu bukan bagian dari agama.
Yulianto Pelayan Jamaah Ratib Sanggar Telaga, pun angkat bicara, bahwasanya pilihan kedua buku tersebut bukan tanpa alasan. Kedua buku itu dipilih sebagai pengingat semua jamaah bahwa beragama dan mengajak pada agama harus bebas dari unsur kekerasan dan teror, baik secara fisik atau psikis. “Berdakwah dengan penuh kasih sayang,” begitu pungkas pria yang juga dosen Unira Malang ini.