Kota Malang, SeputarMalang.Com – Wisata Gantangan Malang Satu Titik (WGMST) bukan sekadar arena lomba burung, melainkan ikon potensi wisata tematik berbasis komunitas yang mencerminkan karakter warga Malang yang kreatif, guyub, dan cinta lingkungan.

Sebagai ikon wisata baru yang diresmikan pada September 2023, dan digadang-gadang sebagai public space masyarakat kota Malang, khususnya para pencinta burung, inisiasi awal Wisata Gantangan Malang Satu Titik sungguhlah menarik, sebuah ide kreatif dari Kota Malang untuk Indonesia. Namun, kini nasibnya jauh dari harapan bersama.
Bahkan fisik bangunan yang memakan puluhan milyar rupiah uang rakyat, miris keberadaannya. Jauh dari kata terawat, rusak. Apalagi menilik eksistensi spirit awal ikon wisata baru tersebut. Ada indikasi Pemerintah Kota (Pemkot) Malang abai akan hal ini.
Jadi tidaklah berlebihan, jika Komunitas penggemar burung berkicau atau Kicaumania Kota Malang mendesak Pemkot Malang segera membuka kembali WGMST yang hingga kini terbengkalai tanpa aktivitas.
Tuntutan ini disampaikan dalam acara Kopdar Utas Kicaumania Kota Malang yang digelar di Café Kue Sara, Jalan Buring, Kota Malang, Selasa (21/10/2025). Kopdar ini dihadiri sejumlah pentolan komunitas pecinta burung di Malang Raya .
Stagnasi Potensi Ekonomi dan Berpotensi Rusaknya Bangunan
Dalam perspektif manajemen aset daerah WGMST memerlukan pendekatan kolaboratif dan inovatif agar mampu memberikan nilai tambah ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Apabila Pemkot Malang mampu mengelola dan menghidupkan kembali aset ini dengan melibatkan komunitas Kicaumania secara aktif, maka WGMST dapat menjadi model pengelolaan aset publik partisipatif — di mana kebijakan pemerintah berpadu dengan energi masyarakat untuk menciptakan manfaat nyata bagi kota dan warganya.
Dari pantauan tim SeputarMalang.Com, Sejak pergantian kepemimpinan di Pemkot Malang, aktivitas di kawasan tersebut terhenti.
Nurianto, warga Lowokdoro yang merasakan dampak positif langsung dari hadirnya WGMST. Diungkapkan bahwa penutupan atau terhentinya aktivitas di WGMST mengakibatkan putusnya ekosistem ekonomi mikro, yang sebelumnya digerakkan oleh kegiatan teman-teman Kicaumania.
“Yang jelas adanya stagnasi aset publik, di mana fasilitas yang dibangun dengan APBD tidak berfungsi dan berpotensi rusak karena tidak digunakan”, jelasnya.
Ditambahkan Susi Rizandhe, MC lomba burung nasional dan pemilik brand SR Cup, potensi ekonomi dari kegiatan Kicaumania di Kota Malang sangat besar. Ia menilai Pemkot justru mengabaikan peluang tersebut.
“Event Kicaumania bisa menarik peserta dari berbagai daerah dan menggerakkan ekonomi lokal. Tapi sayangnya, Pemkot seperti menutup mata terhadap potensi ini,” kata Susi.
“WGMST seharusnya bisa menjadi daya tarik wisata tematik dan ruang kreatif warga, bukan justru dibiarkan kosong tanpa kegiatan”, lanjutnya.
Jejak Peran IMR pada Wisata Gantangan
Hal senada disampaikan Wijiyono, tokoh yang turut terlibat dalam pembangunan WGMST. Ia menegaskan, sejak awal kawasan tersebut tidak bisa dilepaskan dari kontribusi Independen Malang Raya (IMR) dan kolaborasi komunitas Kicaumania.
“IMR bukan sekadar komunitas, tapi organisasi independen yang jadi wadah Kicaumania Malang Raya. Kami terlibat dari ide hingga pembangunan. Tapi kini seolah dilupakan,” ujar Wijiyono.
Ia menilai, jika Pemkot ingin menghidupkan kembali kawasan Gantangan, seharusnya melibatkan IMR dan Utas Kicaumania agar aspirasi pelaku di akar rumput benar-benar tersalurkan.
“Jangan sampai revitalisasi Gantangan hanya jadi proyek seremonial atau penghabisan anggaran APBD. Harus memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” tegasnya.
IMR Berperan dalam Pembangunan Gantangan
Hal senada disampaikan Wijiyono, tokoh yang turut terlibat dalam pembangunan Wisata Gantangan Malang Satu Titik. Ia menegaskan, sejak awal kawasan tersebut tidak bisa dilepaskan dari kontribusi Independen Malang Raya (IMR) dan kolaborasi komunitas Kicaumania.
“IMR bukan sekadar komunitas, tapi organisasi independen yang jadi wadah Kicaumania Malang Raya. Kami terlibat dari ide hingga pembangunan. Tapi kini seolah dilupakan,” ujar Wijiyono.
Ia menilai, jika Pemkot ingin menghidupkan kembali kawasan Gantangan, seharusnya melibatkan IMR dan Utas Kicaumania agar aspirasi pelaku di akar rumput benar-benar tersalurkan.
“Jangan sampai revitalisasi Gantangan hanya jadi proyek seremonial atau penghabisan anggaran APBD. Harus memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” tegasnya.
Optimalisasi Pemanfaatan Aset Publik
Sebagai aset Pemkot Malang, WGMST seharusnya dikelola dengan prinsip optimalisasi pemanfaatan aset publik. Dalam konteks good governance, setiap aset pemerintah daerah perlu memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan kepada masyarakat.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unira Malang, Abdillah perlunya penegasan kembali posisi Wisata Gantangan sebagai aset strategis daerah Pemkot Malang.
Menurutnya, beberapa langkah dapat diambil, pertama, reaktivasi kawasan melalui audiensi resmi antara komunitas kicaumania dan Pemkot guna menentukan model kolaborasi baru.
Kedua, penyusunan Rencana Pengelolaan Aset daerah yang mencakup pemeliharaan, pendanaan, dan kegiatan operasional berbasis kolaboratif dengan komunitas.
Ketiga, Peningkatan kapasitas komunitas melalui pelatihan manajemen event, pemasaran digital, dan tata kelola kegiatan berbasis ekonomi kreatif.
“Sehingga diperlukan Kolaborasi lintas sektor. Melibatkan Dinas Pariwisata, Dinas Perdagangan, dan pelaku industri kreatif dalam mengintegrasikan Wisata Gantangan dengan destinasi lain. Misalnya Kampung Warna-Warni, Alun-Alun Tugu, dan Kayutangan Heritage,” punglasnya. [aud]