SeputarMalang.Com – Pangan adalah kebutuhan pokok organisme hidup, pangan merupakan sumber energi bagi makluk hidup, meskipun kekurangan makanan tidak menyebabkan kematian, dalam kebanyakan kasus, seseorang yang memiliki terlalu sedikit makanan cenderung mengalami serangan penyakit daripada seseorang yang makan dengan baik. Selanjutnya, korban yang kurang gizi lebih mungkin meninggal karena penyakit, dibandingkan dengan orang yang memiliki asupan gizi yang baik. Tifus, kolera, cacar, wabah influenza, tuberkulosis, dan demam, kambuh biasanya menyerang orang dengan daya tahan tubuh lemah dikarenakan kebutuhan nutrisi baik mineral, vitamin dan protein yang tidak terpenuhi di dalam tubuh. Sumber nutrisi tersebut diperoleh dari tentunya dari variasi makanan yang dikonsumsi oleh manusia. Penyebab kematian sebenarnya disebabkan sebagai sesuatu selain kelaparan , tetapi kelaparan (rendahnya nutrisi, vitamin dan mineral) mengakibatkan rendahnya daya tahan tubuh masyarakat sehingga mudah terserang penyakit.
FAO membedakan dua kategori orang yang tidak memiliki cukup makanan. Pertama adalah mereka yang sangat kurang gizi. Orang-orang ini makan kurang dari 1,2 kali jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh mereka, jika mereka sama sekali tidak aktif dan berpuasa, angka tersebut yang dikenal sebagai tingkat metabolisme basal, atau BMR. Sekitar 350 juta orang didunia hanya memiliki sejumlah makanan ini setiap hari. Kelompok kedua disebut dengan gizi kurang. Orang-orang ini memiliki sedikit makanan 1,4 kali BMR mereka. Jumlah secara keseluruhan dua kelompok tsb sekitar 512 juta orang. Untuk aktivitas normal, seperti bekerja atau pergi ke sekolah, ahli gizi memperkirakan bahwa orang membutuhkan 1,5 sampai 1,7 kali BMR mereka.
Selama 25 tahun terakhir,kemajuan pada tehnologi pertanian memungkinkan pasokan pangan dunia tetap terjaga sesuai perkembangan penduduk. Kondisi itu telah memperbaiki beberapa hal pada penduduk di Asia, Afrika Utara, dan Amerika Tengah, mereka saat ini dalam kondisi lebih baik daripada sepuluh tahun yang lalu. Tetapi belum ada keuntungan bersih di Amerika Selatan secara keseluruhan dan keadaan lebih buruk terjadi di Sub Sahara Afrika. Pertumbuhan penduduk telah menghabiskan seluruh peningkatan produksi di India, tanpa meninggalkan persediaan makanan untuk memperbaiki gizi masyarakat. Bahkan jika ada surplus pangan, dunia masih mengalami gangguan pada distribusi pangan yang tidak merata diakibatkan permasalahan transportasi yang belum merata.
Perlu diperhatikan bagaimana bisa meredam fluktuasi harga gandum sebagai salah satu sumber pangan di pasar dunia. Fluktuasi harga tersebut terutama disebabkan oleh cuaca yang buruk, yang menurunkan hasil panen pada kondisi yang tidak bisa diprediksi. Peningkat sebagian panen gandum dunia telah dicatat dalam kontrak antar negara kaya dalam jangka panjang, maka penurunan produksi gandum secara serius mempengaruhi negara kecil dan miskin, karena jika produksi menuruan sedangkan permintaan tetap tinggi maka akan meningkatkan harga jual. Negara kecil dan miskin tidak memiliki uang atau pengaruh politik untuk bersaing mendapatkan gandum apabila pasokan yang tersedia kecil dan harganya tinggi. Problem perubahan distribusi pendapatan perlu juga mendapatkan perhatian yang serius, sehingga negara dan masyarakat miskin dapat membayar kecukupan pangan yang sehatdisamping mengatasi masalah sosial dan politik yang mereka alami. Sebelum kita memperhatikan permasalahan ini mari kita perhatikan prospek peningkatan pasokan pangan dunia dengan baik, melalui perbaikan lingkungan.
Pada saat ini yang perlu diperhatikan ialah bagaimana meningkatkan pasokan pangan pada lahan yang sedang dikembangkan namun tidak menyebabkan degradasi lingkungan. Beberapa lahan yang sedang dikembangkan untuk meningkatkan persediaan pangan sering diikuti dengan erosi. Permasalahan Erosi tanah dan banjir akibat lahan pertanian yang melandai menyebabkan hilangnya lapisan Top soil tanah yang merupakan lapisan yang subur. Penyelamatan lapisan Top soil dari laju erosi bisa dilakukan dengan (1) konservasi tanah yaitu pemilihan vegetasi penutup tanah, pengaturan kadar salinitas, pengukuran PH tanah,memperkaya organisme tanah (2) Membuat terasering, (3) Countur farming, (4) membuat tanggul pasangan, (5) Optimalisasi Drainase atau saluran air (6) Rotasi tanaman, (7) Reboisasi.
Salinitas tanah merupakan bahaya umum yang terjadi pada pertanian irigasi di iklim kering, hilangnya lahan basah, hutan, dan habitat satwa liar penting lainnya adalah persoalan yang sering mengikuti usaha untuk meningkatkan jumlah lahan yang sedang dikembangkan. Fenomena yang nampak ialah bahwa bencana kekeringan yang terjadi di beberapa wilayah berakibat gagal panen yang diikuti dengan bencana kelaparan. Bagi penduduk yang tidak mempunyai cadangan makanan akan mengalami kesulitan karena ketidak tersedianya pangan akibat kesulitan pendistribusian pangan ke beberapa wilayah terpencil, karena minimnya transportasi dan persoalan politik.
Persoalan terkait lingkungan dalam mendukung pasokan pangan ialah masalah irigasi, dimana 15 % areal pertanian di dunia memperoleh irigasi dan sebanyak 30 % produk pertanian berasal dari areal yan beririgasi pula. Siput sebagai hama bagi tanaman ternyata memanfaatkan aliran irigasi untuk berkembang biak. Populasi manusia juga sudah sejak ber abat yang lalu selalu bertumbuh disepanjang aliran sungai, sehingga dengan adanya irigasi tentunya mempunyai potensi sebagai tempat berkembangnya populasi, perkembangan populasi manusia perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah terkait beban pangan, sosial, ekonomi dan kesehatan.
Dalam rangka mendukung pasokan bahan pangan bagi masyarakat Kabupaten Malang, serta posisi Kabupaten Malang sebagai lumbung padi Nasional setelah Ngawi Jawa Timur, Pemerintah setempat mempunyai program peningkatan luas area pertanian di wilayah Kabupaten Malang sejumlah 30% dari 74.433 ha yang ada, sehingga diperkirakan akan menjadi 98.800 ha lahan pertanian. Dinas TPHP Kabupaten Malang akan menggandeng Dinas Pengairan untuk mengubah lahan kering menjadi lahan teknis. Pada 2015, produksi beras di Kabupaten Malang rata-rata mencapai 500.000 ton per tahun, sedangkan kebutuhan beras warga mencapai 430.000 ton pertahun., sehingga terdapat surplus beras rata-rata 70.000 ton pertahun. Pada tahun 2016, terdapat surplus beras 74.443 ton dan pada tahun 2017 ditargetkan terdapat surplus beras sejumlah 98.843 ton. (Surya Malang.Com, 2015).
Peningkatan pasokan pangan melalui revolusi hijau merupakan alternatif penyediaan pangan yang berkelanjutan, meskipun dalam prakteknya kesulitan masih tetap ada dan petani harus mempunyai ketrampilan teknis terkait varietas baru, hama penyakit, pemupukan, irigasi, erosi, dan polusi pestisida. Sebagai contoh ditemukannya varietas baru jagung dengan produksi yang lebih tinggi, masak lebih cepat dan memungkinkan petani bisa menanam tiga kali dalam setahun, namun disisi lain varietas baru tersebut responsibel terhadap pupuk, rentan terhadap serangan hama penyakit, sehingga membawa efek polusi polutan pestisida dan salinasi.
Sistem LISA (Low Impac Sustainable Agrikulture) meupakan sistem pertanian dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai kebutuhan petani. Prinsip yang dikembangkan pada sistem pertanian ini adalah bagaimana menghasilkan produksi yang tinggi dengan tetap mempertimbagkan kesehatan linkungan, antara lain : (1) Pengelolaan hama terpadu dengan mengurangi penggunaan bahan kimia, tetapi meningkatkan penggunaan musuh alami; (2) Dalam pengolahan lahan dengan memanfaatkan berbagai organisme tanah dan siklus bahan organik dalam tanah’; (3) Agroforestry menggabungkan tanaman lapang dengan pohon multicrop yang memperkaya tanah; (4) Aquakultur dengan menghasilkan banyak tumbuhan laut dan air tawar serta hewan melalui tehnologi ekologis dan efisien dengan memanfaatkan sinar matahari dan memanfaatkan BO; (5) Teknologi pasca Panen dengan menggunakan teknik yang mengurangi besarnya kerugian persediaan pangan; (6) Kepemilikan lahan dengan memberi akses jangka panjang bagi petani, memberi mereka insentif lebih besar untuk berinvestasi dalam pertukaran tanah dan sumber daya biotik; (7) Sekolah lapangan bagi petani untuk meningkatkan ketrampilan dalam berbudidaya yang ramah lingkungan, dan menerapkan tabungan pohon sebagai daya topang ekonomi.