SeputarMalang.Com – Ketika menyelesaikan tulisan ini diketikkan kata “hoax” pada search engine google, ditemukan sebanyak 36.300.000 (tiga puluh enam juta tiga ratus ribu) kata dan pastinya angka tersebut terus bertambah seiring berjalannya waktu. Hoax begitu akrab disemua kalangan masyarakat, terma ini begitu familiar mengalahkan nama-nama pahlawan nasional. Mungkin.
Definisi hoax menurut wikipedia, “Sebuah pemberitaan palsu adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca atau pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut palsu.
Media penyebaran hoax tersebut biasanya dalam forum internet, blog, website dan media sosial seperti facebook, tweeter, BBM, Whatsap, dan lainnya.
Sejarah penggunaan kata hoax sendiri, muncul pertama kali di kalangan netter Amerika, kata hoax dialamatkan pada sebuah judul film dengan judul The Hoax, sebuah film drama Amerika 2006 yang disutradarai oleh Lasse Hallstrom, yang skenarionya dibuat oleh William Wheeler. Film The Hoax dibuat berdasarkan buku dengan judul yang sama oleh Clifford Irving dan berfokus pada biografi Irving sendiri, serta Howard Hughes yang dianggap membantu menulis. Banyak kejadian yang diuraikan Irving dalam bukunya yang diubah atau dihilangkan dari film, dan penulis kemudian berkata, “saya dipekerjakan oleh produser sebagai penasihat teknis film, tapi setelah membaca naskah terakhir saya meminta agar nama saya dihapus dari kredit film.” Permintaan Irving ini mungkin disebabkan karena plot naskah tak sesuai dengan novel aslinya.
Sejak itu, The Hoax dianggap sebagai film yang banyak mengandung kebohongan, sehingga kemudian banyak kalangan terutama para netter yang menggunakan istilah hoax untuk menggambarkan suatu kebohongan, lambat laun, penggunaan kata hoax di kalangan netter makin gencar. Dan akhirnya kata hoax digunakan oleh netter di hampir seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia.
Sebagai pengguna internet dan media sosial harus menyadari bahwa hoax dari awal sengaja dibuat, dikreasikan, dicipta untuk mempercayai sebuah informasi (pemberitaan) palsu dengan maksud-maksud jahat tertentu. Misalkan memecah belah, membuat gaduh, menciptakan suasana resah, menebar kebencian dan lainnya. Dan bisa berujung putusnya tali persaudaraan dan pertemanan. Pikiran sehat pastinya tidak mau kondisi tersebut terjadi, bukannya saudara dan teman adalah harta yang paling berharga pada kondisi masyarakat yang semakin individualis.
Sebagai makhluk sosial, manusia harus memelihara tali silaturahmi (persudaraan dan pertemanan) antar sesama, agar hubungan dengan sesama manusia dapat terjalin dengan harmonis. Karena ini merupakan modal dasar penguatan rajutan hidup rukun, guyun nan damai. Berikut tujuh tips kekinian menghadapi hoax:
Pertama, membudayakan bertabayun. Tabayun adalah mengecek derajat validitas suatu berita yang sudah sampai pada kita. Cross check, konfirmasi atas sebuat informasi yang kita terima. Atau paling gampang abaikan, kalau tidak mau terlibat dalam sindikasi hoax. Karena sering terjadi tanpa konfirmasi atas sebuah informasi ditelan mentah-mentah bahkan melakukan viralisasi atas informasi yang belum ditabayuni.
Kedua, memudayakan ishlah. Ishlah adalah mendamaikan yang tidak damai, merukunkan yang tidak rukun, termasuk meluruskan informasi yang tidak lurus – salah. Kondisi saat ini adalah mayoritas terjebak pada situasi menyalahkan informasi yang benar karena tidak linear dengan derajat kebenaran menurut versinya dan sebalikanya membenarkan informasi yang salah karena linear dengan derajat kebenaran menurut versinya. Yuk kita akhiri, dengan menyibukkan diri berliterasi.
Ketiga, hindarkan laku taskhirriyah. Taskhirriyah adalah meremehkan atau mengolok-olok orang lain. Potensi laku taskhirriyah bisa terjadi pada semua kalangan dan latar belakang seseorang. Kalau filosofi padi dipegang, setidaknya elit politik, pejabat, tokoh agama, kaum cerdik pandai, budayawan tidak terjangkit laku ini. Tapi faktanya? Ya sudahlah. Kita awali saja dari diri kita masing-masing, hindarkan laku taskhirriyah.
Keempat, jangan menghina orang lain. Secara umum salah satu konten hoax biasanya berunsur penghinaan, baik tersurat maupun tersirat, baik jahr maupun sirri. Khusus yang tersirat, sirri kita harus ekstra waspada. Karena terkadang kita tidak bermaksud menghina tapi lawan komunikasi kita merasakan hinaan. Apapun agama dan tata nilai nuraninya, pastinya menghina merupakan tindakan yang dilarang.
Kelima, jauhkan diri dari sikap su’udzon. Su’udzon atau buruk sangka berawal dari tidak utuhnya kita mengenal pribadi lain. Sehingga tidak mengenal sisi lainnya (kebaikan) pribadi lain tersebut, dengan kata lainnya kebaikannya seolah tertutup oleh keburukan yang kita sangkakan. Kalau pun benar keburukan itu adanya. Memerlukan proses tabbayun, konfirmasi sehingga yang terjadi bukan prasangka tapi nasihat untuk saling mengingatkan dalam hal ihwal kebenaran dan kesabaran.
Keenam, Hentikan sikap suka mencari-cari kesalahan pribadi lain. Semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak. Mungkin begitulah peribahasa yang cocok untuk tips keenam ini. Terlalu menyibukkan diri mencari kesalahan pribadi lain, jadinya lupa bermuhasabah diri. Yuk dihentikan.
Ketujuh, tips kekinian menghadapi hoax yang terakhir adalah stop untuk berghibah. Jangan suka berghibah atau menggunjingkan orang lain. Karena berawal dari penggunjingan akan meningkatkan akselerasi tumbuh kembangnya hoax.
Demikian ketujuh tips kekininian menghadapi hox, kalau masih ada bisa menambahkan menjadi kedelepan, kesembilan, kesepuluh, kesebelas dan seterusnya.
Ketujuh tips diatas merupakan suatu kondisi yang berharap hubungan dengan sesama haruslah dilandasi dengan prinsip berakhlak mulia. Berkeadilan, saling menghargai yang bertujuan membina hubungan yang saling menguntungkan, mutualisme, manfaati.
Rasulullah SAW bersabda, “sebaik-baik manusia diantara kalian adalah yang manfaatnya paling banyak bagi manusia lain.” Mari berlomba-lomba menebar manafaat, bukan malah ikut menebar hoax dalam menghadapi hoax. Dan semoga kita menjadi pribadi yang bermanfaat, aamiin.