
SeputarMalang.Com – Tahun 2012 segera meninggalkan kita, tahun baru 2013 segera tiba. Dinamisme selama tahun 2012 akan menjadi kenangan, tahun 2013 harus kita sambut dengan antusias. Kenapa mesti harus antusias? Ya, karena sukses dan tidaknya kita di tahun 2013 akan berkorelasi positif dengan tingkat antusias kita dalam menghadapi tahun 2013, biarlah suka duka selama 2012 menjadi dinamisme yang mencerahkan dalam bingkai antuasiasme menghadapi tahun ular air, 2013.
Apapun profesi kita, memang antusiasme harus dikedepankan di tahun 2013. Terkhusus warga kota Malang dalam menyongosong 2013, yang akan ada helatan pesta demokrasi untuk memilih sosok yang amanah memimpin Kota Malang 2013-2018 sebagai walikota.
Saat ini sudah ramai bermunculan bakal calon walikota Malang, dari munculnya yang tiba-tiba, setengah tiba-tiba sampai yang menumpang ketokohan sanak, saudara, dan suami. Dan semua itu wajar-wajar saja, karena merupakan bagian dari hak yang dijamin dalam logika politik.
Media promosi dan publikasipun bermacam-macam, ada bakal calon yang blusukan ke kampung-kampung dengan kemasan bakti sosial, senam tahes, pengajian, kerja bakti. Ada lagi yang kreatif dengan mendekatkan diri dengan komunitas-komunitas tertentu.
Ada lagi, yang memproklamirkan diri sebagai sosok yang paling peduli kepada nasib rakyat. Pokoknya sosok dirinyalah yang paling bersosok peduli kepada rakyat, dan sampai-sampai sepertinya sosok yang “sok” peduli kepada rakyat melalui baliho, banner yang malah kontraproduktif terhadap estetika tata kota.
Dunia maya pun tak luput sebagai media promosi dan publikasi. Dari facebook, twitter, koprol, blog, maupun blackberry messenger. Temanya pun sama, memproklamirkan diri sebagai sosok pejuang wong cilik.
Dan sekali lagi, ini semua wajar-wajar saja dalam logika politik. Kenapa demikian, karena mereka semua sedang mengejar popularitas lembaga survai. Dengan popularitas tinggi versi lembaga survai, sang bakal calon walikota akan dengan mudah mendapatkan jalang lapang untuk direkomendasikan partai politik tertentu. Dengan kata lain, singkronisasi urusan popularitas bakal calon, lembaga survei dan partai politik.
Lantas dimana peran warga Kota Malang dalam pilkada 2013 nanti? Inilah pertanyaan sederhana nan subtantif. Peran kita tidak menentukan bakal calon yang mentransformasi menjadi calon walikota Malang, karena peran itu diambil oleh lembaga survei dan elit partai politik. Jadi jangan heran kalau pilihan elite partai politik tidak sesuai dengan nurani individu warga Kota Malang.
Peran warga Kota Malang adalah saat menentukan pilihan calon-calon yang di kertas suara pilkada nantinya. Jadi, harus cerdas dalam menentukan pilihan. Memilih bukan karena sosok cantik dan tampan calon, memilih bukan karena mendapatkan kaos dan merchandise calon, memilih bukan karena mendapatkan iming-iming materi berjangka pendek, ataupun memilih bukan karena sengaja mengorbankan diri dari “serangan fajar”.
Tapi pilihlah calon walikota yang mau bekerja keras untuk kemajuan kota Malang dan warganya. Lantas pertanyaan selanjutnya, bagaimana mengetahui calon walikota yang mau kerja keras untuk kemajuan kota Malang dan warganya dan tidak? Jawaban ini memang tidak mudah untuk dijawab, dan memang bukan untuk dijawab dengan untaian kata-kata. Karena jawabannya akan mengandung makna si pemberi jawaban merupakan tim sukses (resmi ataupun tidak) dari salah satu calon walikota.
Jadi jelaslah bahwa jawabannya bukan untaian kata-kata retoris dari individu lain, melainkan dari individu-individu warga kota Malang sendiri. Kaitkan erat hati nurani dalam berpikir untuk menentukan pilihan. Hati nurani akan memberikan jawaban dengan jelas. Karena jelas adanya pembeda antara sosok yang bekerja keras hanya sesaat pada masa-masa kampanye dengan sosok yang benar-benar akan bekerja keras untuk memajukan kota Malang dan warganya ketika akan terpilih menjadi walikota. Tapi yang jelas apapun pilihan kita kelak, harus saling mengharghai. Siapapun pemenangng harus dididukung, fox populi fox dei, suara rakyat adalah suara Tuhan. Pilkada damai adalah harga mati bagi kita semua.
Pilkada damai adalah harga mati bagi kita semua, ibarat pilkada sebagai sebuah pesta demokrasi. Layaknya sebuah pesta, pastilah hingar-bingarnya ada dan terasa. Namun pesta itu harus ada limitasi waktu. Sehingga bisa dipastikan ketika Pilkada tidak damai, konflik berkepanjangan dan limitasi pesta tidak terjadi. Yang namanya pesta, singkat namun berkesan mendalam. Itulah makna Pilkada damai yang menjadi dambaan semua pihak baik stake holder maupun share holder masyarakat kota Malang.
Perayaan pergantian tahun, tidak lepas dengan satu item barang yang bernama trompet. Ya, penjual trompet ramai sejak dua minggu terakhir di jalan-jalan utama Malang Raya, bahkan gang-gang kecil tidak jarang kita temui penjual trompet.
Di masyarakat memang banyak mitos berkenaan dengan trompet, mitos yang paling kuat adalah dengan meniup trompet untuk mengusir setan. Dengan ditiupnya trompet di malam tahun baru diharapkan kesialan dan ketidakberuntungan di tahun sebelumnya sirna ditahun depannya.
Yang jelas itu mitos, boleh percaya boleh tidak. Tapi minimal itulah adalah sebuah pengharapan yang apabila dilakukan dengan tulus dan dipanjatkan kepada Tuhan pastinya akan menjadi sebuah doa’. Jadi antusiasme saja, belumlah cukup untuk menghadapi tahun 2013, tapi juga harus dengan doa’. Mari kita kerjakan apa yang kita doa’kan dan kita doa’kan apa yang kita kerjakan.
Tiupan trompet kita di malam tahun baru 2013 adalah doa’, pun demikian yang tidak meniupkan trompet pastilah memanjatkan doa’ semoga tahun 2013 lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Dan jangan lupa doa’ untuk kelancaran dan kedamaian pelaksanaan Pilkada walikota Malang 2013. Selamat tahun baru 2013.