Seputar Malang
  • Beranda
  • Balaikota
  • Pendidikan
  • Pekerja Migran Indonesia
  • Hotel dan Resto
  • Tentang
No Result
View All Result
Seputar Malang
  • Beranda
  • Balaikota
  • Pendidikan
  • Pekerja Migran Indonesia
  • Hotel dan Resto
  • Tentang
No Result
View All Result
Seputar Malang
No Result
View All Result
Home Opini

Iman dan Darah

Wujud Keimanan dan Ketakwaan adalah Berkorban untuk Kebaikan Kemanusiaan

Ahmad Inung by Ahmad Inung
29 Juni 2023
A A
0
source: rferl.org/a/eid-al-adha-sacrifice

source: rferl.org/a/eid-al-adha-sacrifice

0
SHARES
16
VIEWS
Bagi di WhatsappBagi di Facebook

SeputarMalang.Com – Ritual pengorbanan adalah salah satu dari ritual yang sudah sangat tua dalam sejarah manusia. Ritual ini ditemukan di berbagai tradisi keagamaan berbagai suku. Hubungan antara manusia dengan Zat yang diyakini sebagai Maha Kuasa ditandai dengan ritual persembahan dari barang-barang yang dimiliki manusia, baik hewan, hasil pertanian, bahkan manusia.

Di dalam ritual pengorbanan masa lalu, terutama pengorbanan hewan dan manusia, darah adalah intinya. Darah diyakini sebagai inti kekuatan hidup yang disucikan. Melalui darah yang dialirkan, tuhan menjadi hidup, dan karenanya, manusia dan alam juga hidup.

source: rferl.org/a/eid-al-adha-sacrifice
source: rferl.org/a/eid-al-adha-sacrifice

Potensi yang diyakini ada di dalam darah korban digunakan untuk berbagai tujuan. Intinya adalah dewa atau tuhan harus “disuap” agar dia berbaik-baik pada manusia. Jika tidak memberi berkah, setidaknya sang dewa tidak memusuhi manusia dan berbuat aneh-aneh yang mengakibatkan bencana. Berbagai kajian sejarah dan antropologi mencatat bahwa berbagai ritual korban di masa lalu berkaitan dengan kesuburan, penyucian, dan penebusan dosa.

Korban persembahan harus disesuaikan dengan selera dewa atau tujuan dari pelaku ritual. Dewa tertentu hanya cocok dengan kurban tertentu. Misalnya, dalam ritual korban kaum Vedic, Dewi Malam dan Pagi diberi persembahan susu sapi hitam yang memiliki anak berwarna putih. Dewa Indra mendapat persembahan sapi, sedang Dewa Surya mendapat persembahan kambing jantan putih.

Di masyarakat Yunani Kuno, binatang berwarna hitam dipersembahkan bagi para Dewa Dunia Kegelapan. Kuda-kuda yang berlari cepat disembelih untuk dipersembahkan pada Dewa Matahari, Helios. Babi yand sedang hamil dipersembahkan pada ibu bumi, Demeter.

Itulah beragam catatan sejarah tentang ritual korban yang seluruhnya dipersembahkan untuk dewa atau tuhan. Tuhan diperlakukan sebagai monster serakah yang kelaparan dan minta dipuasi dengan minum darah persembahan.

Tuhan dilukiskan sebagai raksasa pemarah yang  selalu mengancam kehidupan manusia. Amarahnya hanya bisa diredam melalui persembahan korban. Tidak cukup dengan darah binatang, bahkan ada beberapa dewa yang begitu kejamnya hingga minta darah anak laki-laki terbaik atau perawan yang belum terjamah tangan lelaki.

Idul Adha yang merupakan momentum ibadah korban merevolusi konsep ritual korban ini. Ketika Nabi Ibrahim, Bapak Tauhid bagi umat Yahudi, Nasrani, dan Muslim, hendak mengorbankan putra tercintanya, Ismail (atau Ishak), Allah menggantinya dengan seekor domba.

Anda boleh memiliki tafsir apapun tentang kisah Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan putranya atas nama ketundukan pada Allah. Tapi pada akhirnya, Allah mengganti sang putra  dengan seekor domba. Ketika domba tersembelih, binatang itu tidak disajikan untuk dinikmati Allah, tapi untuk dinikmati manusia. Allah tidak mengunyah daging domba dan ketika haus meminum habis darahnya.

Ketika Allah meminta manusia untuk berkorban, yang dia minta dari hamba-Nya adalah keimanan dan ketakwaan pada-Nya. Konsep keimanan dan ketakwaan dalam ibadah korban tidak diwujudkan dengan memberi daging dan darah pada Allah. Alih-alih meminta daging dan darah, yang diperintahkan Allah pada hamba-Nya adalah berbagi dengan orang-orang tak mampu. Berbagi dengan mereka yang tersingkirkan, yang menikmati setusuk sate adalah sebuah kemewahan, di saat segelintir orang bisa menggelar pesta yang berharga milyaran.

Dalam surah al-Hajj ayat 37, Allah berfirman: “Daging dan darah korban itu sekali-kali tidak akan sampai pada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu.” Ayat ini didahului dengan ayat yang menjelaskan di mana daging hewan korban itu untuk dibagikan kepada orang yang tak mampu. Sekalipun, bisa juga dimakan oleh orang yang berkecukupan.

Inti ibadah korban adalah berbagi dengan orang lain. Allah tak kelaparan hingga membutuhkan daging. Allah juga bukan drakula yang mulutnya berlepotan darah.

Agama ini diturunkan tidak untuk memuasi kelaparan Allah. Perintah menyembelih binatang korban dalam Islam bukanlah ritual persembahan darah. Ini adalah pembuktian keimanan dan ketakwaan. Dan, bukti keimanan dan ketakwaan itu adalah dengan mewujudkan kasih sayang dan berbagi kebahagiaan dengan mereka yang dirundung kemalangan.

Dengan mengambil pelajaran dari Gus Dur bahwa “Tuhan Tak Perlu Dibela”, kita bisa memahami bahwa Tuhan tak perlu diberi makan karena Dia tak pernah kelaparan. Tuhan tak perlu disiapkan hidangan minuman darah karena Dia tak pernah kehausan. Yang butuh bantuan makanan dan minuman adalah mereka yang kelaparan.

Semoga Idul Adha ini mengingatkan kita, bahwa wujud keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah adalah berkorban untuk kebaikan kemanusiaan. Bukan justru sebaliknya, berteriak membela Tuhan dengan mengorbankan manusia dan kemanusiaan. [inung]

Tags: Idul AdhaOpini
SendShareShare
Ahmad Inung

Ahmad Inung

Related Posts

Wahyu Eko Setiawan/ Sam WES Pendiri Sekolah Pancasila
Opini

Madyopuro Mangano adalah Ruang dan Waktu

by Wahyu Eko Setiawan
10 April 2025
31
Akar Rumput Menjadi Solusi Pembangunan Daerah Kota Malang
Opini

Akar Rumput Menjadi Solusi Pembangunan Daerah Kota Malang

by Andik Candra
13 Maret 2025
61
Puasa sebagai Aktivasi Nyawiji
Opini

Puasa sebagai Aktivasi Nyawiji

by Abdillah
9 April 2024
65
Tantangan
Opini

Dampak Kurikulum Merdeka bagi Pendidikan

by Kontributor
4 Oktober 2023
3.5k
Pramuka Day
Opini

Hari Pramuka: Menyemai Benih Kepemimpinan Masa Depan

by Syahiduz Zaman
14 Agustus 2023
86

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

KEK Singhasari Siap Gelar Liga Santri Mini Soccer Antar Ponpes se-Kecamatan Singosari dalam Rangkaian Event Santri Fest 2025

KEK Singhasari Siap Gelar Liga Santri Mini Soccer Antar Ponpes se-Kecamatan Singosari dalam Rangkaian Event Santri Fest 2025

5 Mei 2025
9
Khofifah Jadikan KEK Singhasari Cyber Defense Academy, Dikritik Keras Badan Siber Ansor Jatim!

Khofifah Jadikan KEK Singhasari Cyber Defense Academy, Dikritik Keras Badan Siber Ansor Jatim!

1 Mei 2025
36
Dokumentasi Istimewa

Brawijayan Mondiacult: Babak Baru Menuju Pencanangan Hari Keris Nasional

11 April 2025
236
Wahyu Eko Setiawan/ Sam WES Pendiri Sekolah Pancasila

Madyopuro Mangano adalah Ruang dan Waktu

10 April 2025
31
Solidaritas Warga Madyopuro Perkuat Persiapan Event Madyopuro Mangano

Solidaritas Warga Madyopuro Perkuat Persiapan Event Madyopuro Mangano

20 Maret 2025
25

Browse by Category

  • Agenda Even
  • Agenda Kampus
  • Agenda Sekolah
  • Balaikota
  • Batu
  • Berita Kampus
  • Berita Sekolah
  • Bisnis
  • Blok
  • Blok Premium A
  • Blok Slider
  • Ekonomi
  • Hotel dan Resto
  • Jatim
  • Kab Malang
  • Kawan PMI
  • Kota Malang
  • Lifestyle
  • MCC
  • Nahdlatul Ulama
  • Nasional
  • Objek Wisata
  • Opini
  • Organisasi & Komunitas
  • Pekerja Migran Indonesia
  • Pelayanan Publik
  • Pendidikan
  • Pendopo
  • Perbankan
  • Pilihan Redaksi
  • Properti
  • Seni Budaya
  • Seputar Halokes
  • Seputar Inklusi
  • Seputar Kampus
  • Sosial
  • Sosok
  • Sports
  • Travel
  • Wisata
  • World
Seputar Malang

Situs Informasi dan Berita Seputar Malang Raya

© 2022 Seputar Malang - Mengawal Bhumi Arema

No Result
View All Result
  • Home

© 2022 Seputar Malang - Mengawal Bhumi Arema