SeputarMalang.Com – Epidemi Covid-19 pada tahun 2020 membawa bencana besar yang berdampak pada seluruh dunia. Hampir setiap wilayah di suatu negara terkena dampak permasalahan di sektor kesehatan, termasuk sektor pendidikan. Indonesia mengalami kehilangan pembelajaran atau learning loss baik dalam bidang numerasi maupun dalam bidang literasi, yang merupakan dampak signifikan terhadap sistem pendidikan negara ini. Learning loss adalah hilangnya informasi dan keterampilan pada peserta didik yang disebabkan oleh berbagai sebab.
Menerapkan kurikulum merdeka adalah salah satu cara untuk mengurangi dampak kehilangan pembelajaran. Berdasarkan informasi dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) yaitu Nadiem Anwar Makarim menjelaskan bahwa kurikulum merdeka merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar yang memiliki tujuan untuk memperkecil dampak learning loss akibat pandemi Covid-19.
Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan bagi peserta didik untuk belajar sesuai dengan keinginannya dan mengikuti perkembangan zaman , selanjutnya peserta didik akan semakin bersemangat dan lebih aktif di dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu kurikulum Merdeka juga mendorong peserta didik memiliki kreativitas untuk menciptakan hal yang baru dan nantinya dalam belajar dapat melatih kemandirian peserta didik . Sehingga potensi dan minat peserta didik untuk belajar juga dapat meningkat dengan baik sesuai dengan kebutuhannya.Ini luar biasa, bukan? Lalu yang terlintas dalam pikiran adalah apa dampak kurikulum merdeka ini? Dan apakah itu berhasil?
Banyak lembaga pendidikan di Indonesia yang telah menerapkan kurikulum merdeka . Pihak-pihak yang terlibat tentu akan merasakan dampak dari penerapan mekanisme baru tersebut. Peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya semuanya merasakan dampak dari penerapan kurikulum merdeka ini. Dampak yang dirasakan, yaitu dampak positif dan dampak negatif.
Peserta didik melaporkan peningkatan dalam pembelajaran mereka sebagai salah satu dampak positif. Kurikulum merdeka memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dan karakter yang baik dengan memberikan keleluasaan kepada pesertya didik untuk menemukan dan mengekspresikan minat belajar mereka. Selain itu, keterlibatan dan keaktifan peserta didik dalam pendidikan dipengaruhi oleh kurikulum independen ini. Tujuan akademik tertentu yang hanya dicatat dan ditetapkan oleh kurikulum akan menjadi tantangan bagi peserta didik untuk mencapainya. Hal ini disebabkan karena kurikulum merdeka ini lebih menekankan pada target numerik, sehingga sering kali membuat peserta didik merasa terlalu terbebani. Namun pada kurikulum merdeka ini, peserta didik tidak hanya berkonsentrasi pada angka saja, sebaliknya mereka memiliki kesempatan untuk mengkaji topik lain seperti karakter, proses berpikir, dan proses pengambilan keputusan yang akan membantu mereka dalam jangka waktu yang panjang menjadi manusia yang dibutuhkan untuk masyarakat, bangsa dan negara.
Dari sudut pandang pendidik, kurikulum merdeka ini memiliki kaitan yang baik dengan tumbuhnya potensi pendidik dan Platform Merdeka Mengajar(PMM). Hal ini ditunjukkan dengan adanya Program Guru Penggerak(PGP) dan Pendidikan Profesi Guru (PPG), sehingga tercipta guru-guru yang berkompeten yang mampu menciptakan dan memelihara kurikulum merdeka yang baik dan lebih baik lagi. Meskipun kurikulum merdeka memiliki banyak keunggulan, ada sejumlah faktor lain yang dapat menimbulkan tantangan. Kurikulum ini merupakan kesempatan yang luar biasa untuk peserta didik yang mempunyai semangat luar biasa untuk belajar, rasa ingin tahu dalam belajar, dan pemahaman yang cukup untuk menimba ilmu dalam berbagai mata pelajaran, sehingga memungkinkan mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas. Namun, program ini akan membebani peserta didik yang kurang memiliki semangat atau kesulitan memahami materi. Tugas lintas pelajaran akan membuat peserta didik tidak nyaman, bahkan mungkin mereka tidak ingin mengerjakannya. Memang cukup menantang untuk membangkitkan minat dan semangat peserta didik dalam belajar, namun para tenaga dan bahkan penyelenggara pendidikan harus mampu menghadapi tantangan ini dan menyelesaikan dengan mencari solusi.
Profil Pelajar Pancasila mencakup enam dimensi: 1) Keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan akhlak mulia; 2) kemandirian; 3) gotong royong; 4) keragaman global; 5) penalaran kritis; dan 6) kreatif. Dengan kurikulum Merdeka, pembelajaran akan menjadi lebih berkualitas atau bermakna untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila tersebut.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang mempunyai alokasi waktu belajar tersendiri merupakan cara untuk menguatkan karakter siswa dalam kurikulum merdeka. Sifat yang dikembangkan dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila antara lain semangat toleransi, kemandirian, dan gotong royong. Siswa dapat menyelidiki, memahami, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan bantuan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Berdasarkan penjelasan di atas terlihat jelas bahwa setiap kurikulum yang dirancang, dikembangkan, dan diterapkan oleh manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk itu, kita harus senantiasa mengkaji, memahami, dan beradaptasi dengan apa yang dimaksud dalam suatu kurikulum. Tentunya ada hal-hal bermanfaat yang dikomunikasikan karena kurikulum benar-benar dikembangkan untuk kepentingan generasi muda negeri ini, dan diharapkan ke depannya mampu membawa kemajuan baik bagi bangsa maupun negara Indonesia.
* Mahasiswa PGSD UNNES
** Dosen Pengembangan Kurikulum SD, PGSD UNNES