SeputarMalang.Com – Nasib sebuah pesawat terbang, ditentukan oleh pilotnya. Nasib sebuah bus kota, ditentukan oleh sopirnya. Nasib sebuah kapal laut, ditentukan oleh nahkodanya. Nasib sebuah kereta api, ditentukan oleh masinisnya. Demikian juga nasib sebuah perusahaan, sangat ditentukan oleh pemimpinnya. Nasib sebuah organisasi, komunitas, lembaga, institusi dan kelompok lainnya, sangat ditentukan oleh Leadership dari para pemimpinnya masing-masing. Demikian juga nasib sebuah negara, sangat ditentukan oleh para pemimpinnya. Nasib sebuah propinsi, sangat ditentukan oleh gubernurnya. Nasib sebuah kota, sangat ditentukan oleh walikotanya. Nasib sebuah kabupaten, sangat ditentukan oleh bupatinya. Demikain seterusnya, sampai pada lingkungan terkecil Rukun Tetangga/ Rukun Warga (RT/ RW). Sampai dengan nasib sebuah keluarga, pasti sangat ditentukan oleh Kepala Rumah Tangga.
Maka, jika ada rumah tangga yang gagal/ bubar, yang harus bertanggung jawab terbesar adalah kepala rumah tangga. Demikian juga ketika nasib sebuah daerah semakin terpuruk, maka yang harus bertanggung jawab paling besar adalah para pemimpin daerahnya. Jika ada sebuah perusahaan, organisasi, komunitas, instansi dan lain-lainnya, yang mengalami kegagalan/ keterpurukan, maka yang harus paling bertanggung jawab adalah para pemimpinnya. Demikianlah beratnya tanggung jawab para pemimpin.
Entah kegagalan/ keterpurukan itu disebabkan oleh berbagai faktor, tetap porsi tanggung jawab terbesar adalah para pemimpinnya. Jika ada anak buah melakukan kesalahan, maka yang harus dikoreksi terlebih dahulu adalah pemimpinnya. Demikian juga ketika adalah aparat/ birokrat yang melakukan kesalahan, maka pertama-tama yang harus dikoreksi adalah para pemimpinnya. Misal, jika ada kepala dinas yang melakukan kesalahan yang menyebabkan kegagalan suatu tata kelola pemerintahan daerah, maka yang harus dikoreksi terlebih dulu adalah kepala daerahnya. Pemimpin (Kepala Daerah) tidak boleh menimpakan segala bentuk kesalahan yang mengakibatkan kegagalan tata kelola pemerintahan daerahnya, kepada bawahannya. Apalagi jika ada seorang kepala daerah yang menjadikan bawahannya sebagai kambing hitam atas kegagalannya membangun dan memimpin daerahnya.
Itulah kenapa menjadi pemimpin itu sangat besar dan berat tanggung jawabnya. Leadership bukan soal jabatan dan kekuasaan. Leadership juga bukan soal siapa yang di depan atau di belakang. Leadership adalah mengenai keberanian mengambil tanggung jawab dengan berbagai resikonya, serta kemampuan untuk menjadi problem solving atas berbagai persoalan/ permasalahan yang muncul. Selain itu, Leadership adalah mengenai keberanian untuk berkorban demi untuk kepentingan banyak orang, serta kedisiplinan dan memegang teguh prinsip-prinsip keluhuran. Itulah kenapa Buya Hamka pernah mengatakan bahwa: Memimpin itu Menderita!
Dari jabaran pemikiran perihal Leadership di atas, maka kita sekarang bisa mengerti bahwa ternyata banyak orang yang hanya menduduki jabatan dan berkuasa, misal jadi kepala daerah, tetapi ternyata tidak mempunyai Leadership di dalam dirinya. Hanya manis di bibir, dan pandai bermain citra. Jauh dari realita, karena hanya memikirkan kepentingan dirinya saja. Keluarga sendiri dikhianati, tapi berani tampil di luar seperti orang suci. Apa yang dikatakannya, tidak sesuai dengan perbuatannya. Jika dirinya melakukan kesalahan, maka anak buahnya yang dikambing hitamkannya. Tapi jika mendapatkan prestasi, seolah-olah berasal dari jerih payahnya sendiri.
Dalam zaman yang semakin pragmatis dan kapitalis ini, semakin banyak orang yang bernafsu untuk maju ke depan menjadi pemimpin. Tapi sebenarnya tidak mempunyai Leadership di dalam dirinya. Yang dikejarnya hanya kuasa, harta, tahta & si penggoda. Jabatan atau kekuasaan direbut dengan menggunakan harta benda, lantas jabatan dan kekuasaan tersebut digunakannya untuk kembali menumpuk-numpuk harta benda. Demikian seterusnya siklus lingkaran setannya. Nah, untuk memutus dan menghancurkan siklus lingkaran setan itu, di zaman ini kita sangat lebih membutuhkan LEADERSHIP. Jika Leadership itu semakin tenggelam, maka masa depan dunia ini akan semakin buram dan suram. Kabar gembiranya, sesungguhnya Leadership itu sudah ada semuanya di dalam diri kita masing-masing. Namun biasanya, hanya karena sering tertutup nafsu duniawi (harta, tahta & si penggoda), maka Leadership itu semakin tenggelam dan hilang di dalam diri kita masing-masing. Tapi bagi orang-orang yang tidak silau karena nafsu duniwi, maka Leadership itu selalu muncul dan terpancar dari setiap perilakunya setiap waktu.
Pertanyaannya sekarang adalah: Bagaimana dengan Leadership di dalam dirimu sendiri?
Seorang sahabat pernah berkata, “Bagaimana kamu bisa memimpin orang lain, kalau memimpin dirimu sendiri saja, ternyata kamu gagal?”
Dan Mbah Gimo Gunung Katu pernah memberikan sebuah nasehat, “Orang yang mudah mengkhianati teman tidur satu bantal, pasti mudah mengorbankan siapa saja demi ambisinya.”