SeputarMalang.Com – Artikel ini menyoroti peran signifikan para ulama dan santri dari Nahdlatul Ulama (NU) dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Ucapan syahid – sebuah keyakinan Islam yang memuliakan martir perang – telah digaungkan oleh ulama NU, membangkitkan semangat perjuangan yang tak kenal takut dalam melawan penjajahan. Dengan mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, peran ini semakin penting dalam membentuk nasionalisme dan kesadaran untuk melawan penjajahan. Ulama NU telah berhasil mengaitkan ikatan universal agama Islam dengan persatuan nasional di luar cengkeraman kolonial Belanda.
Azyumardi Azra, seorang ilmuwan Islam terkemuka di Indonesia, telah menyatakan bahwa Islam memperkuat kesadaran sejarah nasional dan berhasil menyatukan berbagai kelompok etnis dalam naungan agama. Para pemimpin NU dan ulama di pondok pesantren berperan penting dalam melahirkan gerakan nasionalisme dan membangun persatuan nasional untuk melawan kekuasaan Belanda. Peneliti senior CIDES, Firman Noor, menunjukkan bahwa ulama NU di pondok pesantren adalah kelompok yang paling merasakan dampak negatif kolonialisme Belanda yang selalu berupaya untuk menyebarkan agama Kristen di Nusantara. Mereka berperan sebagai mediator bagi rakyat dalam memperjuangkan keadilan dan kebebasan melalui pendekatan keagamaan.
Peran penting ulama dan santri di pondok pesantren ini juga melibatkan pergerakan sosial keagamaan yang berhasil meruntuhkan kekuasaan kolonialisme Belanda. Dengan Resolusi Jihad sebagai manifesto nasionalisme, ulama NU berhasil meraih kemenangan, terutama ditandai oleh Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan mobilisasi sumber daya yang besar-besaran di kalangan pondok pesantren.
NU memegang peranan krusial dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ulama dan santri NU tidak hanya memberikan kontribusi secara fisik dalam melawan penjajahan Belanda, tetapi juga secara spiritual dan intelektual. Perjuangan mereka diwujudkan dalam bentuk resolusi jihad, suatu gerakan yang dipimpin oleh ulama NU untuk memobilisasi massa Muslim untuk berperang melawan penjajah Belanda. Resolusi ini berfungsi sebagai manifesto nasionalisme ulama NU dan berhasil memengaruhi pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Tiga faktor penting yang memengaruhi keberhasilan resolusi jihad NU ini dapat dijelaskan melalui pendekatan teori gerakan sosial yang dikemukakan oleh Janine A Clarck dan rekan- rekannya dalam bukunya “Gerakan Sosial Islam (2012)”. Pertama, proklamasi kemerdekaan Indonesia menciptakan ikatan persatuan dan kebangsaan di antara rakyatnya, mendorong para elite politik, agama, dan nasionalis untuk bersatu melawan ancaman penjajahan kembali oleh Belanda. Kedua, ketidakpuasan terhadap pemerintah Hindia Belanda yang telah berkuasa selama berabad-abad, khususnya perlakuan diskriminatif terhadap kelompok Islam, mendorong keinginan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan mereka, yang diperkuat melalui mobilisasi sumber daya dan semangat jihad. Ketiga, pembingkaian resolusi jihad oleh para ulama terkemuka seperti KH Hasyim Asyari dan disebarkan melalui jaringan pondok pesantren NU, mampu memobilisasi massa, khususnya para santri, untuk turut serta dalam perjuangan mempertahankan NKRI.
Ulama dan santri NU juga berperan dalam membentuk laskar Hizbullah, kelompok pejuang yang dibentuk oleh ulama NU untuk melawan penjajahan. Laskar ini bertindak sebagai pasukan perang yang berjuang melawan Belanda dan sekutunya. Pada 21-22 Oktober 1945, KH Hasyim Asyari, salah satu ulama terkemuka NU, mengeluarkan fatwa resolusi jihad yang memerintahkan umat Muslim untuk berperang melawan penjajah sebagai kewajiban agama. Resolusi ini memiliki dampak signifikan dalam membangkitkan semangat juang rakyat untuk melawan Belanda dan sekutunya, terutama dalam pertempuran yang meletus pada 10 November 1945.
Peran ulama dan santri NU dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia juga melibatkan penegakan nilai-nilai Islam dan perlindungan kedaulatan bangsa. Mereka membela tanah air dengan semangat jihad fi sabilillah, suatu amalan besar dan penting dalam Islam. Semangat perjuangan mereka membantu membawa Indonesia menuju kemerdekaan. Peran ini menunjukkan betapa pentingnya pondok pesantren dan ulama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, ulama dan santri NU juga berperan dalam melawan upaya penjajah dalam menguasai sumber daya alam Nusantara. Mereka memimpin berbagai perlawanan, termasuk Perang Banten, Perang Cirebon, Perang Diponegoro, Perang Padri, dan Perang Banjarmasin, semuanya dengan semangat jihad yang dikumandangkan dari pondok pesantren. Melalui pendayagunaan ilmu pengetahuan, pembangunan aspek spiritual, dan strategi perang, mereka berhasil membentuk perlawanan yang kuat terhadap penjajahan.
Tokoh-tokoh ulama NU, seperti Syekh Nawawi Banten, Kyai Sholeh Darat, Syekh Mahfudz At-Tirmasi, Kyai Abdul Djamil, Kyai Hasyim Asy’ari, dan Kyai Wahab Hasbullah, telah membangun jaringan ulama di Nusantara yang berkontribusi penting bagi pergerakan nasional Indonesia. Organisasi Nahdlatul Ulama yang dibentuk pada tahun 1926 di Surabaya menjadi wadah perjuangan yang dipimpin oleh KH Hasyim Asy’ari. Kontribusi mereka membuktikan bahwa peran ulama dan santri NU dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sangat penting dan tidak bisa diabaikan.
Namun, meski kontribusi ulama dan santri NU sangat penting, ada juga beberapa kontroversi terkait peran mereka dalam sejarah Indonesia. Beberapa pihak mungkin mempertanyakan campur tangan agama dalam urusan politik dan militer. Meski motivasi mereka berlandaskan semangat nasionalisme dan ketakutan terhadap penyebaran agama Kristen oleh penjajah, sejumlah pihak mungkin berpendapat bahwa resolusi jihad dan peran laskar Hizbullah membawa konotasi negatif dan memperburuk konflik.
Namun, argumen ini tidak berarti mengabaikan kontribusi signifikan ulama dan santri NU dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Faktanya, banyak sejarawan yang sepakat bahwa ulama dan santri NU telah berkontribusi besar dalam menginspirasi perjuangan kemerdekaan dan membentuk identitas nasional Indonesia.
Kesimpulan
Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, Nahdlatul Ulama telah menunjukkan peran yang signifikan, bukan hanya sebagai pelaku aktif dalam perlawanan terhadap penjajah, tetapi juga sebagai pendorong semangat nasionalisme dan penjaga nilai-nilai Islam. Pemahaman ini didasarkan pada bukti-bukti historis tentang peran ulama dan santri NU dalam resolusi jihad, pembentukan laskar Hizbullah, serta berbagai upaya perlawanan terhadap penjajahan.
Meskipun ada kontroversi terkait campur tangan agama dalam urusan politik dan militer, tidak dapat disangkal bahwa peran ulama dan santri NU telah memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka telah menunjukkan bahwa agama dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk berjuang demi kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.
Penting untuk kita menghargai dan mengenang kontribusi mereka dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Peran ulama dan santri NU merupakan bukti betapa pentingnya semangat nasionalisme dan nilai-nilai agama dalam perjuangan kemerdekaan bangsa. Dalam konteks Indonesia, Nahdlatul Ulama dan para ulama serta santrinya telah berkontribusi penting dalam mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.