SeputarMalang.Com – Pada beberapa titik dalam hidup, kita semua dihadapkan pada situasi yang menakutkan dan sulit. Dalam saat-saat seperti itu, tanggapan spontan kita seringkali adalah panik. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh Joshua Margolis, Profesor Administrasi Bisnis di Harvard Business School, pendekatan yang lebih dipertimbangkan dan proaktif sering kali mengarah pada penyelesaian yang lebih sukses.
Margolis menyampaikan pengalaman pribadinya ketika mobilnya tergelincir di jalan yang licin dan kepanikan menyergapnya. Dia belajar dari pengalaman tersebut bahwa menjaga kepala dingin dan fokus dapat membantu menavigasi situasi yang sulit dengan lebih baik. Dia kemudian merenungkan bagaimana pengajaran ini dapat diterapkan pada dunia bisnis, terutama dalam menghadapi tantangan dan krisis.

Menurut Margolis, krisis seringkali memicu respons kontraproduktif dari banyak individu. Alih-alih mencari solusi, kita cenderung menyalahkan diri sendiri atau orang lain, dan berhenti mencari cara untuk memperbaiki situasi. Perilaku ini tidak hanya tidak membantu, tetapi juga dapat memperparah keadaan.
Untuk mengatasi tantangan ini, Margolis menyarankan beberapa alat yang dapat membantu individu dan manajer menghadapi kesulitan dengan cara yang lebih konstruktif. Salah satu saran utamanya adalah untuk menuliskan masalah yang dihadapi. Ini dapat membantu kita melihat masalah dengan lebih jelas dan merencanakan solusi yang lebih efektif. Dia juga menyarankan untuk melepaskan cengkeraman emosional kita terhadap masalah, dan mengusahakan pendekatan yang lebih positif dan proaktif.
Margolis juga mengidentifikasi empat dimensi yang penting dalam menangani kesulitan: Kontrol, Kepemilikan, Jangkauan, dan Ketahanan. Uraian empat dimensi ini adalah:
(1) Kontrol: Dimensi ini merujuk pada sejauh mana seseorang merasa mereka memiliki kendali atas situasi atau masalah yang dihadapi. Saat menghadapi kesulitan, penting untuk mengidentifikasi aspek-aspek mana dari situasi tersebut yang dapat kita kontrol dan mana yang tidak. Misalnya, kita mungkin tidak dapat mengendalikan kondisi ekonomi makro, tetapi kita mungkin dapat mengendalikan bagaimana kita merespons dengan menyesuaikan strategi bisnis atau alokasi sumber daya kita. Mengakui dan menerima batas kontrol kita dapat membantu kita fokus pada area yang paling berdampak dan mencegah kita merasa kewalahan.
(2) Kepemilikan: Kepemilikan berkaitan dengan sejauh mana kita merasa bertanggung jawab atas hasil. Ini melibatkan pengakuan bahwa tindakan dan keputusan kita memiliki konsekuensi, dan bahwa kita memiliki peran penting dalam menentukan hasil. Mengambil kepemilikan atas kesulitan dapat mendorong kita untuk bertindak lebih proaktif dan memastikan bahwa kita melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi situasi tersebut.
(3) Jangkauan: Jangkauan merujuk pada sejauh mana kita melihat kesulitan mempengaruhi aspek lain dari kehidupan atau bisnis kita. Saat menghadapi kesulitan, penting untuk memahami bahwa setiap masalah biasanya memiliki dampak yang lebih luas. Misalnya, kesulitan keuangan di suatu perusahaan mungkin mempengaruhi hubungan dengan pelanggan, kinerja karyawan, dan reputasi merek. Dengan memahami jangkauan penuh dari dampak suatu masalah, kita dapat merencanakan strategi yang lebih efektif untuk mengatasinya.
(4) Ketahanan: Ketahanan merujuk pada kemampuan kita untuk pulih dan berkembang dari kesulitan. Ini adalah kemampuan untuk ‘bangkit kembali’ dan merespons secara positif terhadap stres atau trauma. Mengembangkan ketahanan melibatkan pembelajaran dari kesulitan, mengadaptasi cara kita berpikir dan bertindak, dan membangun keterampilan dan sumber daya yang diperlukan untuk menghadapi tantangan masa depan.
Dengan mempertimbangkan empat dimensi ini – Kontrol, Kepemilikan, Jangkauan, dan Ketahanan – kita dapat merumuskan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi kesulitan, memaksimalkan peluang untuk belajar dan berkembang, dan meminimalkan dampak negatif.
Selain itu, Margolis menekankan pentingnya membantu orang lain melalui tantangan. Sebagai manajer atau pemimpin, kita harus berusaha untuk mendukung anggota tim kita dan membantu mereka mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk mengatasi kesulitan. Pendekatan ini tidak hanya memberdayakan individu, tetapi juga membangun tim yang lebih kuat dan tangguh.
Lebih lanjut, Margolis menekankan pentingnya merangkul kegagalan dan kesulitan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang, bukan sesuatu yang harus dihindari atau ditakuti. Dengan mendekati situasi sulit ini dengan cara yang lebih terbuka dan menerima, kita dapat belajar bagaimana beradaptasi dan mengatasinya, serta membangun keterampilan dan ketahanan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Pendekatan ini tidak hanya berlaku bagi individu tetapi juga organisasi secara keseluruhan. Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks dan sering kali tidak pasti, perusahaan dan tim harus mampu menyesuaikan diri dan bertahan dalam menghadapi tantangan. Margolis menyarankan agar organisasi mendorong budaya di mana kesulitan dilihat sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang, bukan sebagai ancaman yang harus ditakuti atau dihindari.
Margolis juga membahas bagaimana manajer dapat membantu anggota tim mereka dalam menghadapi kesulitan. Banyak manajer cenderung memilih pendekatan yang lebih lembut, yang berfokus pada memberi dukungan dan hiburan, atau pendekatan yang lebih keras, yang menuntut tindakan langsung. Namun, Margolis menyarankan pendekatan yang lebih kolaboratif, di mana manajer membantu anggota tim mereka merenungkan solusi mereka sendiri. Dengan cara ini, manajer tidak hanya membantu anggota tim mereka mengatasi kesulitan saat ini, tetapi juga membantu mereka membangun keterampilan dan ketahanan untuk mengatasi tantangan di masa depan.
Kesimpulan
Pesan utama dari Margolis adalah bahwa menghadapi kesulitan adalah bagian tidak terpisahkan dari kehidupan dan bisnis. Daripada berusaha menghindarinya atau meresponsnya dengan panik, kita sebaiknya menghadapinya dengan kepala tegak, memanfaatkan setiap kesulitan sebagai kesempatan untuk belajar, berkembang, dan menjadi lebih kuat. Sementara cara ini mungkin tidak selalu mudah, dengan praktek dan pendekatan yang tepat, kita dapat membangun ketahanan yang diperlukan untuk mengatasi hampir setiap tantangan yang mungkin kita hadapi.