SeputarMalang.Com – Pada akhir bulan Juni 2023 ini, dunia dikejutkan oleh berita tragis tentang hilangnya kapal selam OceanGate selama misi penjelajahan ke reruntuhan Titanic. Kapal selam tersebut, yang membawa lima penumpang termasuk CEO OceanGate, Stockton Rush, dan miliarder Inggris, Hamish Harding, hilang di Atlantik Utara. Misi tersebut dimaksudkan sebagai petualangan ekstrem yang menantang batas kemampuan manusia dan teknologi, namun berakhir dengan tragedi yang mendalam.
Kapal selam tersebut hilang sekitar satu jam empat puluh lima menit setelah mulai turun ke kedalaman laut. Sebelum hilang, kapal selam mengirimkan sinyal suara yang menunjukkan kemungkinan masalah teknis. Setelah itu, sinyal tersebut berhenti, meninggalkan dunia dalam ketidakpastian tentang nasib penumpang kapal selam. Upaya pencarian dan penyelamatan segera dilakukan, melibatkan tim dari berbagai negara dan menggunakan teknologi canggih untuk mencari puing-puing dan mendeteksi sinyal darurat.

Namun, meski upaya tersebut dilakukan dengan sekuat tenaga, kapal selam dan penumpangnya tetap tidak ditemukan, meninggalkan banyak pertanyaan dan spekulasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Setelah beberapa hari pencarian intensif, kapal selam wisata Titanic yang hilang kontak akhirnya ditemukan. Sayangnya, semua penumpang dilaporkan tewas dalam insiden tersebut. Lima penumpang yang menjadi korban tragedi ini bukanlah orang sembarangan. Mereka adalah miliarder asal Inggris, Hamish Harding; pengusaha terkemuka di Pakistan, Shahzada Dawood, dan putranya, Suleman Dawood; serta CEO dan pendiri OceanGate, Stockton Rush. Satu penumpang lainnya adalah penyelam asal Prancis, Paul-Henri Nargeolet, yang berpengalaman menjelajahi bangkai kapal Titanic selama puluhan tahun.
Puing-puing kapal ditemukan berada di titik 1.600 kaki atau 488 meter dari haluan Titanic. OceanGate Expeditions, perusahaan yang mengoperasikan kapal selam tersebut, mengeluarkan pernyataan setelah penemuan beberapa puing bagian kapal. “Kami sekarang percaya bahwa CEO kami Stockton Rush, Shahzada Dawood dan putranya Suleman Dawood, Hamish Harding, dan Paul-Henri Nargeolet, telah tiada,” kata OceanGate. Tragedi ini mengejutkan dunia dan meninggalkan duka yang mendalam, terutama bagi keluarga korban. Meski tragedi ini telah berakhir dengan sangat tragis, ini juga menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya keselamatan dalam setiap petualangan, dan bagaimana kehidupan bisa berubah dalam sekejap.
Psikologi Kematian dan Petualangan Ekstrem
Kematian merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Dalam bidang psikologi, kematian sering kali dipandang sebagai fenomena yang menakutkan dan misterius, namun juga sebagai motivator yang kuat untuk mencari makna dan tujuan hidup. Teori-teori psikologis seperti teori kematian oleh Ernest Becker dan konsep teori manajemen teror (terror management theory/ TMT) oleh Sheldon Solomon, Jeff Greenberg, dan Tom Pyszczynski, menunjukkan bagaimana pemahaman tentang kematian dapat mempengaruhi perilaku dan motivasi manusia.
Dalam konteks petualangan ekstrem seperti yang dilakukan oleh OceanGate dan para penumpangnya, pemahaman tentang kematian menjadi sangat relevan. Mereka yang memilih untuk berpartisipasi dalam petualangan seperti ini seringkali berisiko tinggi untuk menghadapi kematian. Namun, alih-alih melarikan diri, mereka memilih untuk menghadapi risiko tersebut. Mengapa demikian?
Ernest Becker dalam bukunya yang berjudul “The Denial of Death” berargumen bahwa manusia memiliki kecenderungan alami untuk menyangkal kematian. Kita mencoba mencari cara untuk mencapai keabadian simbolis, baik melalui pencapaian besar, kontribusi kepada masyarakat, atau melalui pengalaman yang ekstrem dan unik. Dalam hal ini, petualangan ekstrem seperti menjelajahi reruntuhan Titanic atau terbang ke luar angkasa dapat dianggap sebagai upaya untuk mencapai keabadian simbolis.
Di sisi lain, TMT mengemukakan bahwa kesadaran akan kematian dapat memotivasi individu untuk memperkuat keyakinan budaya mereka dan meningkatkan harga diri. Dalam konteks ini, petualangan ekstrem dapat dipandang sebagai cara untuk memperkuat identitas dan harga diri seseorang. Mereka yang berani menghadapi kematian dalam petualangan seperti ini mungkin merasa bahwa mereka adalah individu yang berani dan kuat, mampu menghadapi tantangan paling ekstrem.
Namun, tragedi yang terjadi dengan kapal selam OceanGate menunjukkan bahwa kematian bukan sesuatu yang dapat diabaikan. Meskipun kita mungkin berusaha menyangkal atau menghindari kematian, kenyataannya tetap ada dan sering datang tanpa peringatan. Dalam kasus ini, kematian menjadi pengingat yang nyata akan kerentanan kita sebagai manusia.
Di hadapan tragedi ini, kita juga dapat melihat bagaimana konsep kematian memengaruhi cara kita merespons kehilangan. Elisabeth Kübler-Ross, dalam model berlima tahapnya tentang berduka, menjelaskan bahwa kita sering melewati tahap-tahap penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan akhirnya penerimaan dalam menghadapi kematian. Dalam kasus kapal selam OceanGate, kita dapat melihat bagaimana komunitas dan keluarga kru melewati tahap-tahap tersebut dalam merespons tragedi.
Secara keseluruhan, tragedi kapal selam OceanGate menunjukkan betapa pentingnya pemahaman dan penanganan terhadap kematian dalam kehidupan kita. Baik dalam konteks petualangan ekstrem maupun di hadapan kehilangan, pemahaman tentang kematian dapat membantu kita lebih menghargai hidup dan mencari makna dalam pengalaman kita. Meskipun kematian mungkin menakutkan dan misterius, itu juga dapat menjadi motivator yang kuat untuk menjalani hidup secara penuh dan mencari pengalaman bermakna.
Namun, tragedi ini juga mengingatkan kita akan pentingnya keselamatan dan tanggung jawab dalam mencari petualangan dan pengalaman ekstrem. Seperti yang dikatakan oleh James Cameron, keselamatan bukanlah “kelebihan yang mubazir,” tetapi bagian yang penting dari petualangan itu sendiri. Saat kita mencari keabadian simbolis dan meningkatkan harga diri, kita juga harus memastikan bahwa kita melakukannya dengan cara yang aman dan bertanggung jawab.
Akhirnya, tragedi ini mengingatkan kita bahwa kematian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Meskipun kita mungkin berusaha menyangkal atau menghindarinya, kematian adalah sesuatu yang harus kita hadapi. Namun, dengan memahami dan menerima kematian, kita dapat menemukan makna dan tujuan dalam hidup kita, dan mungkin, seperti yang diusulkan oleh Becker dan TMT, kita dapat mencapai semacam keabadian simbolis melalui pengalaman dan prestasi kita.